Senin, 02 Februari 2009

Kondisi Berubah, Jeli Ubah Harga

Pengembang harus jeli membaca situasi pasar. Apalagi di tengah situasi perekonomian yang suram seperti sekarang. ''Selain mengetahui kondisi sektor riil, pengembang harus mengetahui alokasi maupun tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR). Sebab, ini juga memengaruhi daya beli msayarakat,'' ungkap Dirut PT Graha Mukti Indah Novri Susanti kepada Jawa Pos kemarin (2/2).

 

Dengan mengetahui indikator tersebut, wanita berusia 33 tahun itu mulai membuat rencana pengembangan proyek-proyeknya. Developer yang mengincar konsumen dari kalangan menengah tersebut mengakui bahwa pihaknya menyediakan rumah dengan harga bervariasi, mulai Rp 250 juta hingga Rp 600 juta per unit.

 

''Namun sejak kuartal IV, permintaan rumah dengan harga Rp 500 juta mulai menurun,'' kata ibu tiga anak itu. ''Salah satu penyebabnya adalah kalangan pengusaha yang biasanya menjadi pembeli mulai menjaga tingkat likuiditas perusahaan. Jadi, mereka memutuskan untuk menunda investasi di bidang properti.''

 

Karena itulah, Novri lebih banyak membangun rumah dengan kisaran harga Rp 250 juta-Rp 400 juta. Dengan kata lain, dia mengubah ukuran rumah maupun spesifikasi bangunan. ''Enaknya landed house adalah bisa mengubah unit yang akan dibangun dan ditawarkan. Beda dengan high rise building.''

 

Saat ini, PT Graha Mukti Indah yang didirikan pada 2002 memiliki dua proyek, yakni Perumahan Taman Wisata Tropodo dan Perumahan Heavenland Park di Sidoarjo.

 

''Karena di Sidoarjo juga ada masalah lumpur panas Lapindo, kami mengubah strategi,'' terang wakil sekretaris bidang organisaisi peningkatan profesi anggota DPD REI Jatim itu.

 

''Jika dulu rumah kami jual dengan harga Rp 170 juta per unit. Sekarang dijual Rp 100 juta per unit. Dan penjualan naik. Sebab, peminatnya banyak,'' imbuhnya. (aan/kum)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar