Rabu, 11 Februari 2009

Harga Properti Bisa Turun

Harga properti tahun ini berpeluang untuk turun.Ini disebabkan penurunan permintaan sehingga memengaruhi harga sewa ataupun jual properti.

 

”Sektor yang dapat mengalami penurunan berupa apartemen atau ritel,” kata Chairman Jones Lang La- Salle Indonesia Lucy Rumantir di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan, berdasarkan siklus properti (property clock),kondisi pasar properti saat ini berada di titik yang terendah.Hampir semua subsektor properti berada pada tren yang melambat.

 

Kendati demikian, kata Lucy,kondisi ini tidak berarti peluang untuk berinvestasi di sektor properti menjadi tertutup.Justru,kata dia,saat ini adalah kondisi yang tepat untuk berinvestasi karena harganya lebih rendah dibandingkan kondisi normal.

 

Menurut dia, banyak pengembang yang berpromosi dengan memberikan tawaran diskon ataupun insentif. Ini membuat posisi tawar pembeli yang lebih baik.”Terlihat dalam tiga bulan terakhir,pengembang menawarkan promosi dan insentif,”ungkapnya. Untuk itu, kata Lucy, konsumen yang berniat membeli properti dalam melihat situasi ini hendaknya dapat memanfaatkan kondisi ini dengan baik.

 

Dia memperkirakan, potensi penurunan harga lebih dalam akan terjadi. Kepala Riset Jones Lang LaSalle Anton Sitorus mengatakan, pemilik dana lebih bisa langsung memanfaatkan insentif dan promosi dengan pembelian tunai.

 

”Saat krisis menimbulkan penawaran aset dari orang yang membutuhkan dana tunai. Sebab, pemilik usaha yang membutuhkan tambahan modal akibat krisis akan melepas properti dengan harga kompetitif di pasar,”kata dia. Selain itu, dia memprediksi terjadinya kredit macet cicilan di sektor properti bakal meningkat dan menimbulkan oper kredit.

 

”Kondisi ini peluang bagi investor lain dengan dana tunai yang cukup untuk menambah daftar portofolionya,” tambahnya. Namun, tingginya suku bunga kredit masih menjadi sumber menurunnya minat konsumen untuk membeli properti.Konsumen yang berniat membeli rumah melalui pinjaman perbankan akan menahan rencana mereka.

 

”Tingginya suku bunga deposito membuat orang lebih memilih menyimpan uangnya di bank daripada membeli properti,” katanya. Anton menjelaskan, ketidakpastian ekonomi akan membuat pengusaha properti menunggu untuk membangun proyeknya. Ini terlihat dari penjualan kondominium selama kuartal IV/2008 yang menurun 10% dari kuartal sebelumnya dan penurunan 17% dari periode yang sama 2007.

 

Dia mengatakan, meskipun suku bunga acuan perbankan (BI Rate) turun,bank masih sulit menurunkan suku bunga yang akhirnya berdampak pada suku bunga kredit pemilikan rumah. ”Suku bunga bank belum turun, karena risiko masih banyak sehingga BI Rate turun tidak berpengaruh,”tandasnya.

 

Permintaan perumahan kelas menengah dan bawah, kata Anton,yang paling akan merasakan dampak tersebut. Sementara produk untuk kalangan menengah atas, seperti kondominium, masih bisa membeli tunai. ”Perumahan menengah-bawah inilah yang harus menjadi perhatian pemerintah,” ujarnya.

 

Sementara konsumen dengan dana kurang, dia memperkirakan masih akan tetap menunggu sampai keadaan membaik.Hal yang sama berlaku bagi pengembang. ”Jadi, sekarang masih belum jelas, tapi kemungkinan tahun depan kalau keadaan membaik akan kembali meningkat,”ujarnya.

 

Senior Manager Riset PT Procon Indah Prasetyo Indroharto mengatakan,situasi sekarang masih belum cukup untuk membuat harga properti turun. Kemungkinan penurunan hanya akan terjadi pada sewa dari produkproduk properti. ”Saya lihat situasi sekarang belum ada kecenderungan harga turun,” kata dia.

 

Dia mengatakan, situasi saat ini belum cukup parah yang membuat penembang harus menurunkan dari harga jual produk mereka. Apalagi pengembang besar, kata dia, yang mempunyai daya tahan sangat kuat terhadap situasi krisis. ”Mungkin untuk pengembang kecil, yang dari segi permodalan kecil, akan menghadapi permasalahan berbeda. (arif dwi cahyono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar