Kamis, 19 Februari 2009

Nilai perolehan RSh tak kena pajak dinaikkan

JAKARTA: Pemerintah menaikkan nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak (NPOPTKP) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) secara regional untuk rumah sederhana sehat (RSh) dari Rp49 juta menjadi Rp55 juta.

 

Ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tertanggal 5 Februari 2009 No. 14/PMK.03/2009 tentang Tata Cara Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

 

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Selatan Kepala Sjarifudin Alsah mengatakan diterbitkannya PMK tersebut adalah untuk menyesuaikan dengan peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 07/Permen/M/2008 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR Bersubsidi.

 

"Jadi ini [PMK] memang untuk menindaklanjuti keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat yang telah menaikkan batas maksimal harga RSh," jelasnya kepada Bisnis, kemarin.

 

Sebelumnya, per 1 April 2008 Kementerian Negara Perumahan Rakyat telah memutuskan kenaikan harga RSh bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah dari Rp49 juta menjadi Rp55 juta.

 

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kebijakan Publik, Perpajakan, dan Kepabeanan Hariyadi B. Sukamdani menyambut baik diterbitkannya PMK tersebut.

 

"Baguslah. Kami selalu mendukung upaya pemerintah untuk meringankan masyarakat untuk membeli rumah, apalagi ini untuk tujuan ditinggali bukan dijual lagi," katanya.

 

Meski terbit pada 5 Februari 2009, PMK itu baru berlaku setelah 2 bulan sejak tanggal ditetapkan atau 5 April 2009. "Biar masyarakat dan kontraktor tahu sehingga tidak timbul masalah saat penerapan," jelas Sjarifudin.

 

Sementara itu, NPOPTKP atas tiga perolehan lainnya tidak mengalami perubahan yaitu pertama, untuk perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi.

 

Akan tetapi, penerima itu masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat termasuk suami/istri, ditetapkan maksimal Rp300juta.

 

Kedua, untuk perolehan hak baru melalui program pemerintah yang diterima pelaku usaha kecil atau mikro dalam rangka program peningkatan sertifikasi tanah untuk memperkuat penjaminan kredit bagi usaha mikro dan kecil, ditetapkan Rp10 juta.

 

Ketiga, untuk perolehan hak selain yang telah disebutkan di atas, ditetapkan maksimal Rp60 juta

 

Rabu, 18 Februari 2009

Bisnis Properti Menjanjikan

SURABAYA - Bisnis di sektor properti masih prospektif. Walau kini daya beli masyarakat turun akibat pengaruh krisis keuangan global sejak Oktober 2008. Tetapi, kemungkinan harga properti tidak akan turun tajam. Ini karena permintaan terhadap salah satu kebutuhan pokok ini masih sangat tinggi.

 

"Bahkan, penurunan suku bunga bank yang terjadi terus-menerus bisa menjadi peluang bagi properti yang dijual secara kredit,'' kata CEO Grup Lippo, James T. Riady, pada seminar dalam rangka peringatan HUT Real Estate Indonesia (REI) di ballroom Hotel JW Marriott Surabaya, Selasa (17/2) malam.

 

James menerangkan, kemungkinan dua sampai tiga tahun mendatang harga properti masih akan stabil. Jika belajar dari pengalaman krisis moneter tahun 1998, baru sekitar dua tahun pascakrisis akan terjadi booming di sektor perumahan.

 

''Permintaan pun juga akan naik signifikan. Ini karena kebutuhan telah menjadi bola salju. Penundaan pembelian banyak pihak mengakibatkan hal tersebut terakumulasi menjadi besar di waktu-waktu selanjutnya. Ini karena kebutuhan perumahan adalah sesuatu yag bersifat dasar,'' jelasnya.

 

Tetapi, menurut dia, sektor perumahan ini juga sangat bergantung pada kondisi perekonomian global, khususnya di sektor moneter. Karena itu, lanjut dia, pemerintah harus lebih banyak memperhatikan instrumen dan kebijakan moneter. "Instrumen fiskal memang juga perlu diperhatikan. Namun, instrumen moneter harus diutamakan karena lebih penting dan powerfull," katanya.

 

Menurut James, dari tujuh kali siklus krisis di dunia selalu terkait dengan kesalahan yang dibuat dalam penentuan kebijakan moneter. Melihat ini, sebaiknya Indonesia mencotoh negara maju dengan terus menekan suku bunganya. Pasalnya, saat ini ekonomi semakin terseret krisis global karena tingginya inflasi. Bahkan bila tidak segera ditangani sekarang, dipastikan 2-3 tahun ke depan inflasi bisa tidak terkendali. ''Jika inflasi tinggi kebutuhan rumah akan semakin sulit terpenuhi,'' jelasnya.

 

Dia mencontohkan salah satu pengaruh besar kebijakan yang dibuat BI terhadap sektor moneter, bahkan perekonomian makro. ''Sebelum krisis BI memakai SBI untuk meminjam uang dari pasar, dana yang terkumpul digunakan untuk membeli dolar Amerika Serikat (AS). Melihat kondisi seperti itu pasar meminjam dolar AS dengan yield yang lebih rendah dan membeli SBI untuk mendapat bunga yang lebih besar. Karena itulah dolar banyak masuk ke Indonesia dan semuanya menjadi lancar,'' jelasnya

 

Rabu, 11 Februari 2009

Harga Properti Bisa Turun

Harga properti tahun ini berpeluang untuk turun.Ini disebabkan penurunan permintaan sehingga memengaruhi harga sewa ataupun jual properti.

 

”Sektor yang dapat mengalami penurunan berupa apartemen atau ritel,” kata Chairman Jones Lang La- Salle Indonesia Lucy Rumantir di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan, berdasarkan siklus properti (property clock),kondisi pasar properti saat ini berada di titik yang terendah.Hampir semua subsektor properti berada pada tren yang melambat.

 

Kendati demikian, kata Lucy,kondisi ini tidak berarti peluang untuk berinvestasi di sektor properti menjadi tertutup.Justru,kata dia,saat ini adalah kondisi yang tepat untuk berinvestasi karena harganya lebih rendah dibandingkan kondisi normal.

 

Menurut dia, banyak pengembang yang berpromosi dengan memberikan tawaran diskon ataupun insentif. Ini membuat posisi tawar pembeli yang lebih baik.”Terlihat dalam tiga bulan terakhir,pengembang menawarkan promosi dan insentif,”ungkapnya. Untuk itu, kata Lucy, konsumen yang berniat membeli properti dalam melihat situasi ini hendaknya dapat memanfaatkan kondisi ini dengan baik.

 

Dia memperkirakan, potensi penurunan harga lebih dalam akan terjadi. Kepala Riset Jones Lang LaSalle Anton Sitorus mengatakan, pemilik dana lebih bisa langsung memanfaatkan insentif dan promosi dengan pembelian tunai.

 

”Saat krisis menimbulkan penawaran aset dari orang yang membutuhkan dana tunai. Sebab, pemilik usaha yang membutuhkan tambahan modal akibat krisis akan melepas properti dengan harga kompetitif di pasar,”kata dia. Selain itu, dia memprediksi terjadinya kredit macet cicilan di sektor properti bakal meningkat dan menimbulkan oper kredit.

 

”Kondisi ini peluang bagi investor lain dengan dana tunai yang cukup untuk menambah daftar portofolionya,” tambahnya. Namun, tingginya suku bunga kredit masih menjadi sumber menurunnya minat konsumen untuk membeli properti.Konsumen yang berniat membeli rumah melalui pinjaman perbankan akan menahan rencana mereka.

 

”Tingginya suku bunga deposito membuat orang lebih memilih menyimpan uangnya di bank daripada membeli properti,” katanya. Anton menjelaskan, ketidakpastian ekonomi akan membuat pengusaha properti menunggu untuk membangun proyeknya. Ini terlihat dari penjualan kondominium selama kuartal IV/2008 yang menurun 10% dari kuartal sebelumnya dan penurunan 17% dari periode yang sama 2007.

 

Dia mengatakan, meskipun suku bunga acuan perbankan (BI Rate) turun,bank masih sulit menurunkan suku bunga yang akhirnya berdampak pada suku bunga kredit pemilikan rumah. ”Suku bunga bank belum turun, karena risiko masih banyak sehingga BI Rate turun tidak berpengaruh,”tandasnya.

 

Permintaan perumahan kelas menengah dan bawah, kata Anton,yang paling akan merasakan dampak tersebut. Sementara produk untuk kalangan menengah atas, seperti kondominium, masih bisa membeli tunai. ”Perumahan menengah-bawah inilah yang harus menjadi perhatian pemerintah,” ujarnya.

 

Sementara konsumen dengan dana kurang, dia memperkirakan masih akan tetap menunggu sampai keadaan membaik.Hal yang sama berlaku bagi pengembang. ”Jadi, sekarang masih belum jelas, tapi kemungkinan tahun depan kalau keadaan membaik akan kembali meningkat,”ujarnya.

 

Senior Manager Riset PT Procon Indah Prasetyo Indroharto mengatakan,situasi sekarang masih belum cukup untuk membuat harga properti turun. Kemungkinan penurunan hanya akan terjadi pada sewa dari produkproduk properti. ”Saya lihat situasi sekarang belum ada kecenderungan harga turun,” kata dia.

 

Dia mengatakan, situasi saat ini belum cukup parah yang membuat penembang harus menurunkan dari harga jual produk mereka. Apalagi pengembang besar, kata dia, yang mempunyai daya tahan sangat kuat terhadap situasi krisis. ”Mungkin untuk pengembang kecil, yang dari segi permodalan kecil, akan menghadapi permasalahan berbeda. (arif dwi cahyono)

Senin, 09 Februari 2009

Harga rumah diduga melemah, Tahun ini momentum bagi broker

Investor yang biasa mengoleksi properti disarankan menahan pembelian hingga kuartal kedua tahun ini, karena harga rumah menengah dan mewah sekunder di Jakarta dan sekitarnya diperkirakan menurun.

 

Presiden Direktur ERA Indonesia Darmadi Darmawangsa mengatakan harga perumahan primer atau baru saat ini masih stagnan dan akan tetap stabil hingga akhir tahun ini, sedangkan harga rumah sekunder akan turun karena banyak penghuni yang menjual untuk berbagai kepentingan.

 

"Beberapa individu di kawasan Bintaro dan Serpong yang butuh uang akan menjual rumahnya. Sekarang pembeli dan penjual sama-sama menahan, tetapi setelah kuartal pertama kondisinya akan berbeda, pasokan rumah sekunder akan meningkat," katanya kepada Bisnis, kemarin.

 

Pada awal tahun ini, kata dia, pasokan dan permintaan rumah sekunder masih stabil, sehingga tidak terlalu memengaruhi harga jual. Investor yang biasa berburu produk properti masih menunggu harga yang lebih baik hingga beberapa bulan ke depan.

 

Sejumlah penghuni dari kalangan politikus yang memiliki rumah kedua atau ketiga juga diperkirakan menjual rumahnya untuk kebutuhan pelaksanaan Pemilu 2009. Beberapa pengusaha nasional yang merugi akibat krisis keuangan global juga berencana menjual aset-aset perumahannya.

 

"Ada beberapa pengusaha sudah menghubungi tim marketing ERA dan meminta dijualkan rumahnya," katanya.

 

Momentum baik

 

Darmadi mengatakan tahun ini merupakan momentum yang baik untuk broker properti karena transaksi penjualan rumah sekunder tetap akan tumbuh, meskipun industri properti sedang melesu.

 

Di sisi lain, tahun ini pasokan rumah baru di Jakarta dan sekitarnya akan minim. Jika permintaan rumah dari kalangan pengguna akhir meningkat, mereka akan ikut berburu rumah sekunder. Kondisi ini dapat memengaruhi harga di pasar sekunder, sehingga penurunan harga juga dapat tertolong.

 

Harga perumahan dengan transaksi tinggi berkisar Rp300 juta-Rp2 miliar per unit. Potensi transaksi properti sekunder di Indonesia mencapai Rp100 triliun per tahun, tetapi baru sekitar 30% yang terdata dengan baik karena dilakukan melalui broker resmi.

 

Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Tirta Setiawan mengatakan hancurnya kredit perumahan di Amerika Serikat menyebabkan perubahan sikap investor di Tanah Air, terutama yang merugi akibat investasi di saham dan pasar modal.

 

Beberapa investor yang masih memiliki dana tunai dan sebelumnya jarang bermain di properti sekarang mulai melirik bisnis ini.

 

Namun, kata dia, investor yang biasa bermain pada produk properti dan tidak memiliki investasi saham, masih memilih menunggu hingga harga properti mengalami penurunan akibat krisis ekonomi.

 

Tirta mengatakan untuk konsumen pengguna akhir, faktor suku bunga masih menjadi penentu pembelian properti sekunder. Apalagi beberapa bulan lalu perbankan memberlakukan suku bunga kredit tinggi dan terbatasnya likuiditas.

 

Menurut Tirta, meski saat ini perbankan telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate), konsumen masih kesulitan memperoleh kredit.

 

Tirta mengakui suku bunga perbankan akan menolong daya beli konsumen dan penurunan suku bunga pada 2007-2008 menjadikan pasar properti sekunder tetap hidup, meskipun saat itu harga properti naik.

 

Handa Sulaiman, Executive Partner PT Cushman & Wakefield Indonesia, mengemukakan untuk investasi jangka panjang, pada tahun ini merupakan momentum yang tepat untuk menyimpan dana di properti karena harga masih stabil. Rumah atau apartemen sebaiknya dipilih pada lokasi yang strategis dan punya aksesibilitas baik, agar kenaikan harganya melebihi inflasi.

 

"Tetapi jika masih membutuhkan dana tunai untuk satu atau dua tahun ke depan, jangan pilih properti dulu," ujarnya.

 

Senin, 02 Februari 2009

Kondisi Berubah, Jeli Ubah Harga

Pengembang harus jeli membaca situasi pasar. Apalagi di tengah situasi perekonomian yang suram seperti sekarang. ''Selain mengetahui kondisi sektor riil, pengembang harus mengetahui alokasi maupun tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR). Sebab, ini juga memengaruhi daya beli msayarakat,'' ungkap Dirut PT Graha Mukti Indah Novri Susanti kepada Jawa Pos kemarin (2/2).

 

Dengan mengetahui indikator tersebut, wanita berusia 33 tahun itu mulai membuat rencana pengembangan proyek-proyeknya. Developer yang mengincar konsumen dari kalangan menengah tersebut mengakui bahwa pihaknya menyediakan rumah dengan harga bervariasi, mulai Rp 250 juta hingga Rp 600 juta per unit.

 

''Namun sejak kuartal IV, permintaan rumah dengan harga Rp 500 juta mulai menurun,'' kata ibu tiga anak itu. ''Salah satu penyebabnya adalah kalangan pengusaha yang biasanya menjadi pembeli mulai menjaga tingkat likuiditas perusahaan. Jadi, mereka memutuskan untuk menunda investasi di bidang properti.''

 

Karena itulah, Novri lebih banyak membangun rumah dengan kisaran harga Rp 250 juta-Rp 400 juta. Dengan kata lain, dia mengubah ukuran rumah maupun spesifikasi bangunan. ''Enaknya landed house adalah bisa mengubah unit yang akan dibangun dan ditawarkan. Beda dengan high rise building.''

 

Saat ini, PT Graha Mukti Indah yang didirikan pada 2002 memiliki dua proyek, yakni Perumahan Taman Wisata Tropodo dan Perumahan Heavenland Park di Sidoarjo.

 

''Karena di Sidoarjo juga ada masalah lumpur panas Lapindo, kami mengubah strategi,'' terang wakil sekretaris bidang organisaisi peningkatan profesi anggota DPD REI Jatim itu.

 

''Jika dulu rumah kami jual dengan harga Rp 170 juta per unit. Sekarang dijual Rp 100 juta per unit. Dan penjualan naik. Sebab, peminatnya banyak,'' imbuhnya. (aan/kum)

 

Memilah-milah Harga Properti di Even Real Estate Expo 2009

Memilah-milah Harga Properti di Even Real Estate Expo 2009

Nikmati Diskon 30 Persen Saat Krisis

 

Sebuah pameran perumahan bertajuk Real Estate Expo 2009 kembali dihelat di Surabaya hingga 8 Februari mendatang. Kali ini diikuti 75 peserta, 65 di antaranya pengembang properti. Pengunjung bisa memilih dari 90 proyek yang ada. Apa saja yang istimewa?

 

PAMERAN properti merupakan ajang bagi developer untuk memamerkan proyek-proyeknya dan menjaring konsumen. ''Dalam setiap pameran yang kami selenggarakan, target transaksi sekitar Rp 150 miliar,'' kata Zaenal Abidin, direktur PT Citra Pamerindo, penyelenggara Real Estate Expo 2009, di Gramedia Expo yang bekerja sama dengan Dewan Pengurus Daerah Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (DPD REI) Jatim di sela pembukaan pameran yang berlangsung 31 Januari hingga 8 Februari mendatang.

 

Pameran tersebut diikuti 65 pengembang dari 90 proyek yang tersebar di Jatim hingga Bali. Di sana juga ditawarkan rumah dari berbagai tipe, mulai rumah sederhana sehat (Rsh) seharga Rp 55 juta per unit hingga rumah mewah seharga Rp 2 miliar.

 

''Di pameran sebelumnya, transaksi tercapai Rp 153 miliar dari penjualan 600 unit,'' ujar Zaenal.

 

Kalangan pengembang mengatakan, pameran merupakan cara mendongkrak penjualan. Sebab, dari beberapa kali penyelenggaraan pameran sebelumnya, rata-rata target transaksi selalu tercapai. Bahkan, pada saat BBM naik lagi di 2008, penurunan transkasi pun tidak terlalu tinggi.

 

''Pameran pasti ngefek (berdampak, Red) bagi developer peserta pameran. Sebab, biasanya pengunjung tahu bahwa ada diskon besar,'' kata Sekretaris REI Jatim Nurwakhid. ''Apalagi biasanya pameran properti selalu ada jadwalnya. Jadi, calon pembeli bisa memperkirakan kapan mau beli dengan dapat diskon besar.'' Dalam Real Estate Expo 2009 diskon yang diberikan bisa mencapai 30 persen dari harga reguler.

 

Pada tahun ini Citra Pamerindo dan DPD REI Jatim berencana menggelar tiga pameran lagi. Pameran itu akan diselenggarakan pada April, Agustus, dan November.

 

''Selain itu, dalam pameran tersebut pengunjung bisa mengumpulkan informasi berbagai proyek dari para pengembang di satu tempat. Jika mereka merasa cocok, baru melakukan survei. Ini kan menghemat biaya dan waktu,'' jelas Nurwakhid.

 

Calon konsumen bisa melihat maket (model) proyek perumahan mewah, apartemen, villa, resort, ruko (rumah toko), rukan (rumah kantor), rumah menengah hingga rumah sederhana. Lokasi proyek pun beragam, mulai Surabaya dan sekitarnya, hingga Bali. Bahkan, dalam pameran sebelumnya juga ada peserta dari Jawa Tengah.

 

Selain mendapatkan informasi mengenai properti, pengunjung bisa memilih fasilitas pembayaran yang disediakan oleh pengembang (kredit in house) maupun kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank. ''Di sini bisa dapat informasi tentang kredit rumah,'' kata Rahadian P., salah satu pengunjung pameran. ''Mau pake bank atau dari pengembangnya sendiri,'' tambahnya.

 

Jumlah pembeli yang memanfaatkan fasilitas kredit cukup besar. Jumlahnya mencapai 90 persen dari total penjualan. Karena itulah, pada saat suku bunga KPR tinggi, pembelian rumah turun. Sebab, konsumen memilih menunggu untuk membeli rumah.

 

Untuk itulah, kejelian developer diperlukan untuk memancing minat konsemen melakukan transaksi. Misalnya, yang sudah dilakukan adalah memberikan fasilitas kredit in house dengan jangka waktu hingga lima tahun, dan bunga jauh lebih rendah daripada bunga bank di pasar.

 

''Kami harus menciptakan sesuatu untuk merangsang pasar,'' kata Ketua REI Jatim Henry J. Gunawan.

 

Pria yang juga menjabat presdir PT Surya Inti Permata Tbk itu mengatakan, saat ini pihaknya menerapkan strategi penjualan yang disebut bottom price (harga terendah). Yakni, menjual tanah saja dari kedua proyek yang saat ini sedang digarap.

 

Sebelumnya, PT Surya Inti Permata Tbk menawarkan hunian di proyek La Foye dengan harga Rp 1,15 miliar dan La Primera seharga Rp 2,25 miliar (tidak termasuk PPn). Harga tersebut sudah termasuk harga bangunan dan tanah. ''Sekarang kami juga menjual kavling proyek,'' lanjutnya. Henry memberikan pilihan kepada konsumen untuk memiliki tanah saja di dua proyek miliknya seharga Rp 340 juta sampai Rp 450 juta.(aan/kum)

 

 

Minggu, 01 Februari 2009

Bisnis Properti Masih Menjanjikan

Bisnis Properti Masih Menjanjikan

 

Bisnis properti masih menjanjikan. Meski mengalami penurunan kena imbas krisis finansial global, namun prospek bisnis properti masih memberikan keuntungan. Ini bisa dilihat dari jumlah pemain yang menjadi peserta pameran properti.

 

M. ZAENAL ABIDIN Direktur Citra Pemerindo Abadi saat ditemui suarasurabaya.net di acara Pameran Real Estate di Gramedia Expo, Sabtu (31/01), dalam pameran pihaknya menyediakan 75 stan dengan 65 pengembang. Jumlah ini lebih sedikit daripada 2008 lalu yang bisa mencapai 80 stan.

 

Meski demikian , ZAENAL masih memiliki keyakinan bisnis properti tidak akan tergerus krisis finansial global. Sebab, masyarakat masih dan akan selalu membutuhkan rumah.

 

Selain itu, investasi di bisnis properti juga masih menguntungkan. “Krisis global mungkin berpengauh pada ekspor, impor. Tapi kalau properti lokal, saya masih yakin orang-orang masih butuh. Selama melahirkan tidak dilarang, bisnis properti masih menjanjikan. Yang investasi di properti juga masih banyak. Karena harga rumah itu semakin naik, makanya selalu menguntungkan, tidak pernah rugi,” ungkap ZAENAL.

 

ZAENAL memprediksi tahun ini kecenderungan minat masyarakat akan beralih ke apartemen. Terutama melihat lahan di Surabaya yang mulai menyempit. Apartemen bisa menjadi alternatif pilihan.

 

Pada pameran properti yang digelar mulai 31 Januari hingga 8 Februari ini, ZAENAL menargetkan bisa menghasilkan 150 transaksi. Dibandingkan 2008 lalu yang berhasil memperoleh 153 transaksi, target tahun ini memang menurun.

 

ZAENAL mengaku, ini dampak dari krisis finansial global. Disadarinya, meski tidak berpengaruh banyak terhadap penjualan, namuan krisis finansial global berimbas pada bunga kredit yang diberikan bank. Tahun ini, bunga bank berkisar antara 14%-16%.

 

ZAENAL memperkirakan dalam 1-2 bulan ke depan, bunga bank akan normal menjadi 12%-13%. Dengan demikian, bisnis properti akan semakin membaik. "Sekarang, masyarakat belum berani mengambil rumah dengan KPR karena bunganya masih tinggi. Masih beli cash," ujar ZAENAL. (git/tin)

 

Pemain Baru di Bisnis Properti Optimis Raih Target Penjualan

Pemain Baru di Bisnis Properti Optimis Raih Target Penjualan

 

suarasurabaya.net| Beberapa pengembang bisnis properti yang mengikuti pameran Real Estate di Gramedia Expo, Sabtu (31/01), merupakan pemain baru. Meski demikian, mereka optimis bisa memenuhi target penjualan.

 

Apartemen Puncak Permai satu diantara peserta pameran mengakui sejak launching beberapa waktu lalu, pihaknya berhasil menjual sepertiga unit apartemen dari 770 unit. Karena itu, pihak PT Surya Bumimegah Sejahtera sebagai pengembang berani mematok target 770 unit apartemen terjual dalam pameran properti kali ini.

 

“Kita ada 7 tower. Yang sekarang kita launching tower A. Targetnya di pameran ini 770 unit bisa terjual,” ujar F. HENDRICO SANTOSO Marketing Manager Apartemen Puncak Permai pada suarasurabaya.net, Sabtu (31/01).

 

Menurut HENDRICO, apartemen bisa menjadi alternatif pilihan tempat tinggal khususnya para profesional muda. “Daripada mereka kos, atau sewa rumah, mereka lebih baik punya apartemen,” kata HENDRICO.

 

MIRZA WAHYU Divisi Marketing PT Mega Top Mas Prima yang merupakan pengembang Jaya Land juga merasa optimis target penjualannya bisa terpenuhi. Meski diakuinya, krisis ekonomi global ini menyebabkan adanya penurunan target.

 

“Bulan ini memang ada penurunan target, rata-rata minimal 5-10 unit bisa terjual lewat pameran ini,” ujar MIRZA.

 

Penurunan target penjualan, kata MIRZA, menurun hingga 5% dibandingkan sebelum adanya krisis. Untuk menyiasatinya, pihaknya telah menyiapkan beberapa taktik diantaranya sistem pembelian dengan in-house yakni pembayaran cicilan tanpa bunga.

 

“Siasatnya dengan in-house, karena suku bunga sekarang ini masih fluktuatif, bunga relatif masih tinggi,” terang MIRZA.

 

Selain itu, untuk menghadapi persaingan bisnis properti khususnya perumahan, Jaya Land yang berlokasi di daerah Aloha Sidoarjo menawarkan konsep bangunan yang berkualitas. Meski baru pertama kali mengikuti pameran, MIRZA memandang pameran semacam ini efektif untuk membantu realisasi target penjualan. (git/tin)