Rabu, 28 Januari 2009

Prospek Properti 2009 Belum Terlalu Cerah

Prospek Properti 2009 Belum Terlalu Cerah

 

Tahun ini, mungkin bukan tahun yang cerah bagi industri properti nasional. Baru masuk awal tahun, sebagian pelaku bisnis properti sudah merasa sektor ini akan sendu karena krisis global yang sedang mendera. Maklum, gerak roda ekonomi yang loyo, ditambah suku bunga yang masih tinggi, pasti akan memengaruhi daya beli dan permintaan.

 

Associate Director PT Procon Indah, Utami Prastiana, menilai permintaan akan tertekan oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat. Apalagi kalau suku bunga bank masih bandel bertengger di level tinggi, industri properti bakal susah. "Jangan lupa, sekitar 90 persen konsumen perumahan, khususnya rumah kelas menengah dan bawah, tidak bisa dilepaskan dari kredit pemilikan rumah (KPR)," katanya.

 

Presiden Direktur Era Bintaro Century Saut Sitanggang mengakui hal yang sama. Di saat ekonomi lesu, biasanya permintaan rumah menengah dan bawah akan terpukul. Harapan hanya ada dari segmen perumahan menengah atas dan atas. "Pasar perumahan menengah atas relatif lebih stabil karena pembelinya tidak price sensitive. Mereka lebih mengutamakan kualitas," ucapnya.

 

Karena punya uang, umumnya mereka membeli rumah dengan tunai atau tunai bertahap karena tidak bergantung pada suku bunga bank. "Segmen perumahan menengah atas memang relatif bebas dari tekanan inflasi dan tingkat suku bunga," tambah Presiden Direktur PT Bakrieland Development Tbk, Hiramsyah S Thaib.

 

Ia mengaku akan memfokuskan pasar pada kelompok elite. "Permintaan rumah kelompok masyarakat ini akan terus merangkak naik," katanya.

 

Pengembang lain, Summarecon, bahkan sudah siap dengan strategi merengkuh kalangan atas ini. Direktur utama PT Summarecon Agung Tbk Johanes Mardjuki mengatakan, salah satu strateginya dengan membuka kawasan permukiman elite yang dilengkapi fasilitas pendidikan.

 

Ia mencontohkan Scientia Garden yang saat ini sedang digarap Summarecon. Nantinya, di kawasan ini akan dibangun kampus Universitas Multimedia Nusantara. "Pembeli memang menginginkan fasilitas yang lengkap, misalnya tersedianya lembaga pendidikan," ujarnya.

 

Subsidi akan membantu

 

Toh, tidak semua beranggapan prospek permintaan rumah kelas menengah dan bawah akan suram. Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria mengaku optimistis prospek bisnis perumahan masih baik pada 2009 mendatang. Alasannya sederhana: "Jumlah penduduk terus bertambah, kebutuhan akan rumah juga akan terus meningkat," katanya.

 

Teguh menilai pasar kalangan menengah dan bawah masih tetap memiliki potensi. Dasarnya adalah anggaran subsidi perumahan dan rumah susun hak milik (rusunami) pada 2009 yang naik dari Rp 800 miliar menjadi Rp 2,5 triliun. "Anggaran itu akan mendukung pembentukan kapitalisasi perumahan sebesar Rp 15 triliun," ujarnya.

 

Komisaris PT Perumnas (Persero), Maruhum Batubara, punya pendapat serupa. Ia optimistis industri properti akan cerah karena permintaan rumah yang masih jauh lebih tinggi dari penyediaan. "Perkiraan saya, pada 2009 ini akumulasi kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 5,6 juta, ditambah 13,1 juta rumah yang tidak lagi layak huni," katanya.

 

Namun, Maruhum mensyaratkan bunga bank harus turun agar permintaan naik. "Kalau inflasi wajar, sebenarnya tidak ada alasan untuk menaikkan suku bunga," ujarnya. (Kontan/Yohan Rubiantoro, Hans Henricus, Yudho Widianto, Amal Ihsan)

Industri Properti bertahan Di Krisis Global

Industri Properti bertahan Di Krisis Global

 

 

Tahun 2009 sudah telanjur diperkirakan banyak kalangan sebagai tahun krisis ekonomi global, sebagai dampak dari resesi ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan Eropa. Secara makro, pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan mengalami perlambatan.

 

Ekonomi Indonesia sendiri tahun ini diperkirakan sulit untuk bisa tumbuh di atas 5,5 persen. Sementara, mengharapkan kontribusi dari kegiatan investasi asing, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung melalui portofolio di pasar modal dan industri keuangan, sulit untuk bisa direalisasikan pada tahun 2009.

 

Satu-satunya yang bisa menggerakkan kegiatan investasi di dalam negeri adalah proyek pembangunan, baik yang dibiayai oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Namun,penyakit lama birokrasi (pemberian komisi dan penggelembungan nilai proyek/mark up) serta kuatnya pengaruh kepentingan politik berpotensi menghambat pelaksanaan proyek pembangunan tersebut

 

Proyek pemerintah baik yang didanai dari paket stimulus ekonomi atau anggaran pemda juga rawan untuk diselewengkan oleh kelompok kepentingan tertentu menjelang pemilihan umum tahun 2009.

 

Dalam situasi seperti ini, para pelaku usaha termasuk mereka yang bergerak di sektor properti cenderung bersikap wait and see. Jika mengacu pada Pemilu 2004, banyak kalangan berharap agar pelaksanaan pesta demokrasi tahun ini juga bisa berjalan dengan aman dan lancar.

 

Para pengusaha termasuk para pengembang umumnya mengharapkan agar siapa pun yang akan memimpin negeri ini bisa tetap menjaga iklim usaha yang kondusif, menegakkan aturan usaha secara adil, dan bisa menjaga stabilitas keamanan dengan baik.

 

Harapan itu memang belum tentu bisa menjadi kenyataan, bahkan sangat boleh jadi bisa membuahkan kekecewaan. Oleh karena itu, para pengusaha saat ini lebih mengutamakan konsolidasi ke dalam ketimbang melakukan ekspansi usaha dengan menjaga agar arus kas (cashflow) perusahaan masing-masing bisa dikelola dengan baik.

 

Secara mental, seharusnya para pengusaha properti bisa lebih tahan menghadapi krisis dan tantangan yang akan dihadapi tahun ini karena pengalaman krisis ekonomi tahun 1998 telah memberikan banyak pelajaran berharga kepada mereka.

 

Pada saat dihantam badai krisis ekonomi sepuluh tahun lalu, industri properti di Indonesia termasuk salah satu industri yang pertama kali terkena dampaknya. Ketika itu banyak kalangan yang memperkirakan industri properti akan lama untuk bisa pulih kembali. Namun, ternyata pada tahun 2001 atau setelah aset properti yang ada di Badan Penyehatan Perbankan Nasiona) (BPPN) dijual kembali, industri ini kembali bergairah.

 

Belajar dari pengalaman krisis pula, konsumen dan investor di sektor properti sudah mulai cerdas dalam memilih dan membeli produk yang ditawarkan pengembang. Sesuai dengan levelnya masing-masing, konsumen juga memiliki strategi dan cara sendiri-sendiri dalam menginvestasikan dana mereka.

 

Komitmen pemerintah

 

Sekarang yang patut mendapat perhatian pemerintah adalah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). terutama mereka yang memiliki penghasilan di bawah Rp 4,5 juta per bulan. Subsidi perumahan untuk lapisan MBR seharusnya bisa benar-benar direalisasikan tahun ini. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2009, pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp 2,5 triliun untuk sektor perumahan, atau naik dari anggaran tahun lalu yang hanya sebesar Rp 800 miliar.

 

Komitmen pemerintah terhadap sektor perumahan ini sebaiknya tidak hanya sekadar tercermin dari besarnya angka yang tertera dalam APBN, tetapi anggaran tersebut benar-benar harus bisa diserap pasar dan dapat digunakan sesuai peruntukannya

 

Oleh karena itu, seluruh pemangku kepentingan di sektor perumahan hendaknya juga bisa ikut memberdayakan MBR. Keinginan pemerintah untuk menyediakan papan bagi masyarakat bawah hendaknya tidak sekadar jargon, tetapi benar-benar harus dibuktikan secara nyata. Sebab kalau tidak direalisasikan, peningkatan anggaran untuk sektor perumahan dalam APBN tahun 2009 akan dinilai sebagai bagian dari "janji politik" saja.

 

Rencana pemerintah untuk menempatkan dana Bapertarum sebesar Rp 2 triliun dan dana Jamsostek Rp 1 triliun di Bank Tabungan Negara (BTN) sebaiknya juga bisa segera dilaksanakan agar bank BUMN yang fokus terhadap sektor perumahan ini memiliki kekuatan lebih besar lagi untuk bisa menyalurkan kredit bagi kalangan MBR.

 

Di luar lapisan MBR, konsumen properti dan perumahan saat ini masih menghadapi masalah suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tinggi, yakni 13-15 persen per tahun. Meski tingkat suku bunga bank menunjukkan kecenderungan menurun setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 8,75 persen, namun suku bunga KPR belum turun secara signifikan.

 

Sejalan dengan penurunan BI Rate, sebagian perbankan mulai menurunkan suku bunga kredit rata-rata antara 0,5 persen dan 1 persen. Namun, besaran penurunan suku bunga kredit ini tidak banyak berarti bagi konsumen maupun pengembang karena persoalan utama dunia perbankan belum teratasi secara tuntas, yakni keterbatasan likuiditas.

 

Persoalan yang akan menghadang industri properti pada tahun ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat maupun dunia usaha. Pengalaman dan masalah yang telah dan akan dihadapi negeri ini diharapkan akan membuat semua pihak menjadi semakin matang dan dewasa. Semoga.

Rumah Di Jual Surabaya Timur

Daerah Surabaya Timur

LT 8 X 14, LB Full

Harga Nego

Hub :

031-70236190

081-6516410

 

Selasa, 27 Januari 2009

Kenapa Pemasar Property Harus Mempunyai Website / Blog ?

Kenapa Pemasar Property Harus Mempunyai Website / Blog ?

 

Menurut data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJJI) bahwa pada tahun 2009 ini akan ada 50 juta orang pengguna internet di Indonesia. Bentuk tampilan internet bisa berupa website atau blog / weblog. Website atau blog dalam internet mempunyai manfaat yang sangat besar bagi dunia usaha, tak terkecuali bidang properti dan real estate. Website atau blog akan mengukuhkan secara online keberadaan suatu perusahaan, meningkatkan “brand awareness”, meningkatkan kemampuan para marketer untuk menjaring lead atau prospek, memelihara komunikasi dan sebagai media untuk menyampaiakan  informasi -informasi yang sangat berharga kepada masyarakat konsumen.

 

Namun demikian sangat disayangkan bahwa saat ini sedikit sekali perusahaan real estat, property dan perumahan yang telah memiliki website atau blog dalam  internet untuk menunjang sukses usahanya. Kalaupun ada, website mereka tidak teroptimasi secara maksimal sehingga tidak bisa tampil / muncul ketika dicari dengan kata kunci yang relevan.

 

Berikut adalah rangkuman fungsi internet bagi usaha properti, real estate dan perumahan.

Sebagai media komunikasi langsung yang efektif. Website atau blog real estate  dan properti biasanya berisikan tentang data-data fisik yang detail dan konkret seperti; gambar tampak dan denah rumah, spesifikasi dan daftar harga. Data-data tersebut tidak bisa di tanyakan atau dibicarakan hanya lewat telpon. Seorang konsumen potensial biasanya harus datang ke kantor pemasaran dan berkomunikasi langsung dengan sales counter untuk mendapatkan informasi detail dan tepat mengenai suatu produk properti. Tentu saja langkah ini sangat merepotkan karena butuh waktu khusus dan persiapan yang cukup untuk pergi ke kantor pemasaran.

Meningkatkan citra / image perusahaan atau suatu proyek real estate dan property. Website atau blog dalam internet mengekspresikan visi dan misi perusahaan, konsep pengembangan proyek, dan keunggulan-keunggulan produk properti. Melalui website dan blog anda bisa menyampaikan pandangan, pengetahuan, dan kritik perihal masalah properti, real estate, desain, pengembangan dan pembangunan kota, lingkungan hidup dan lain sebagainya. Disinilah terlihat betapa anda seorang master yang menguasai bidang properti, real estate dan perumahan.

Menjaring Lead. Dengan menampilkan profil perusahaan dan proyek real estate / properti di internet  anda akan terkejut dan heran berapa jumlah orang yang mengunjungi website atau blog anda dan dari kota atau negara mana mereka berasal. Internet akan memberikan lead atau prospek secara konstan setiap hari. Produk anda akan semakin di kenal secara luas yang pada akhirnya akan sangat membantu dan mempercepat pemasaran produk real estate dan properti anda.

Keunggulan kompetitif. Bagaimana konsumen tahu bahwa produk anda unggul dari ratusan pesaing anda ? Bagaimana anda membuat konsumen mengerti bahwa anda mempunyai sesuatu yang bernilai tinggi untuk ditawarkan ? Atau bagaimana anda mengkomunikasikan bahwa anda adalah ahli yang berpengalaman dalam bidang real estate, properti dan perumahan ? Memiliki sebuah website atau blog akan mempertegas pandangan masyarakat konsumen siapakah diri anda dan semua hal tentang proyek dan produk real estate atau properti yang anda kelola.

Hubungan marketing. Hal yang paling berharga dari internet adalah bahwa ia memungkinkan anda membangun kontak atau hubungan secara pribadi dengan pengunjung atau pelanggan yang pada akhirnya akan menumbuhkan kepercayaan. Sebuah website atau blog berfungsi untuk mengikat calon konsumen potensial dimana anda bisa mengirim berita, informasi dan menjalin komunikasi langsung dengan para prospek.

 

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana memulai membangun sebuah website atau blog. Dan berapakah biayanya ? Kabar baiknya adalah bahwa banyak platform blog yang gratis. Anda bisa memilih wordpress.ocm, typepad.com atau blogger.com, tergantung dari kemampuan anda dan seberapa banyak fitur yang diperlukan. Membangun sebuah website juga sangat murah dibanding dengan biaya promosi secara offline / fisik. Yang terpenting di sini adalah bahwa website atau blog kita harus benar-benar teroptimasi sesuai dengan kata kunci yang relevan

 

2009, Lampu Kuning Sektor Properti

2009, Lampu Kuning Sektor Properti 

Banyak yang memprediksikan tahun 2009 sektor properti akan booming. Ini terlihat dari dimulainya berbagai pembangunan properti residential maupun komersial yang ditargetkan selesai di 2009 dan 2010. Hal ini didukung tren penurunan suku bunga termasuk kredit pemilikan rumah (KPR) yang mendongkrak daya beli.

Namun khayalan manis para pengembang tinggal mimpi. Di penghujung tahun ini, Amerika Serikat (AS) mengalami krisis finansial yang menampar perekonomian semua negara, termasuk Indonesia. Bursa guncang, ketatnya likuiditaspun tak terhindarkan lagi. Terpaksa Bank Indonesia (BI) mengambil langkah kenaikan BI rate, yang otomatis mengerek suku bunga KPR. 

Menurut Chief Business Development Executive PT Procon Indah Hendra Hartono, kenaikan suku bunga perbankan membuat proyek properti yang saat ini masih berada dalam tahap awal perencanaan atau konstruksi berpotensi untuk tertunda apabila sumber aliran dana didapat dari bank terhambat. "Tingkat permintaan juga diprediksi akan tertahan," katanya. 

Apabila suku bunga kredit terus berada pada level tinggi seperti ini sampai dengan tahun 2009, kelanjutan dampak dari tingginya inflasi di tahun 2008 serta pertumbuhan ekonomi diprediksikan juga akan melambat. Hal ini akan menurunkan daya beli masyarakat dan akan berimplikasi terhadap penurunan tingkat permintaan di sektor properti.

Agar dapat bertahan dalam kondisi ini, pengembang akan banyak berinovasi dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat sehingga dapat menarik dan meyakinkan calon pembeli untuk berinvestasi di properti mereka.

Sampai dengan Oktober 2008, perkantoran di daerah CBD Jakarta masih merupakan sektor properti yang paling aktif dengan pasokan kumulatif mencapai 3,81 juta meter persegi naik sekitar 5% dari tahun lalu. Pasokan baru sampai dengan kuartal III 2008 ini, mencapai 344.000 meter persegi, dan lebih tinggi 50% dari pasokan baru sepanjang 2007. Sementara tingkat penyerapan sudah mencapai 260.000 meter persegi, atau 30% diatas penyerapan tahunan 2007.

Penyerapan ini didominasi oleh sektor keuangan dan perbankan sebesar 50% dari total penyerapan selama III kuartal di 2008. Transaksi sewa selama kuartal III ini masih didominasi aktifitas sewa untuk tujuan relokasi dan ekspansi. "Tingkat hunian pada tahun 2009 dan 2010 diperkirakan akan berada pada kisaran 82%-83%," ujar Hendra.

Pertumbuhan sektor properti pada 2009 akan mengalami perlambatan, menyusul terjadinya krisis keuangan global saat ini yang diperkirakan akan terus terjadi hingga awal tahun depan. 

Direktur Asociate Strategic Advicory Group, Utami Prasetyana mengatakan, perlambatan sektor poperti terjadi akibat naiknya suku bunga perbankan, sehingga menghambat laju pembangunan proyek properti. 

"Kebijakan moneter dengan kenaikan suku bunga perbankan jelas akan membuat proyek properti berpotensi tunda, apabila sumber aliran dana dari bank juga terhambat," ujar Utami. 

Menurut dia, agar tetap bertahan dalam kondisi ini, pengembang harus menyusun strategi pemasaran yang tepat sehingga dapat menarik dan meyakinkan calon pembeli untuk berinvestasi. 

Selain itu, pengembang juga harus memiliki alternatif pendanaan lain, seperti pendanaan hasil prapenjualan, kas sendiri, dan tingkat prakomitmen dari penyewa. 

Ia mengungkapkan, meskipun krisis global mulai terasa di awal Oktober tahun ini, namun pertumbuhan perkantoran di daerah strategis berkembang pesat. Sampai akhir Oktober 2008, pasokan kumulatif mencapai 3,81 juta meter persegi, naik sekira lima persen dari tahun lalu. 

Sementara untuk pasokan baru, sampai kuartal I-2008 yang mencapai 344 ribu meter persegi, atau naik lebih tinggi 50 persen dari pasokan baru sepanjang 2007. Sedangkat tingkat penyerapan untuk sektor perkantoran sudah mencapai 260 ribu meter persegi, atau 30 persen di atas penyerapan pada 2007

Sektor properti di kelas mewah (high end market) juga mengalami penurunan menyusul adanya krisis keuangan global. Hal ini terlihat adanya penurunan konsumsi dari bulan Oktober 2008 kemarin."Restoran mewah dan apartemen mewah mengalami penurunan omset," kata Assosiate Director Markets Group PT Procon Indah Albert Lim. Albert mengatakan penurunan tingkat konsumsi di kelas mewah ini terjadi karena banyak eksekutif yang merubah gaya hidupnya akibat krisis keuangan global.

Pasalnya, selama ini eksekutif melakukan investasi dengan membeli saham dan bermain di lantai bursa."Karena bursa ambruk, harga saham juga anjlok, banyak eksekutif yang rugi dan merubah gaya hidupnya," ujar Albert.

Namun, krisis keuangan global tidak akan mempengaruhi sektor menengah kebawah.

Secara terpisah, Branch Manager BCI Asia Surabaya Aslakhul Umam mengatakan tahun depan property memang agak mengerem pembangunan. “Bagi yang sudah memulai pembangunan akan dilanjutkan karena nanggung kalu berhenti. Sementara bagi yang belum memulai akan berpikir lagi terkait daya beli,” katanya.

 

2008 Tertinggi se-Asia

Meksi diperkirakan tahun 2009 nanti akan ada kelesuan di sektor properti, namun di tahun ini Indonesia mencetak rekor. Berdasarkan catatan BCI Asia, pertumbuhan konstruksi di Indonesia tertinggi dibanding negara-negara lain di kawasan Asia. Hingga akhir September 2008 pembangungan property telah naik mencapai 92% dibanding awal tahun. Pembangunan tersebut didominasi proyek non residential (komersil), seperti mal, hotel hingga pendidikan. 

“Pertumbuhannya memang paling tinggi bahkan disbanding Singapura. Berdasarkan hasil survey, proyek paling banyak pada sektor komersil atau non hunian,” ujar Umam. Menurut catatannya, pertumbuhan property di Vietnam sekitar 85%, Philippines 74%, 

Hong Kong 57%, Malaysia 13% dan Thailand 1%. Bahkan, rencana pembangunan di Singapura malah menurun 42%. Ditambahhkannya, kenaikan harga bahan bangunan sejak pertengahan tahun tidak terlalu mempengaruhi berjalannya proyek karena sudah dianggarkan sejak awal. “Rata-rata proyek yang dikerjakan saat ini sudah direncanakan jauh sebelumnya,” katanya.

Pertumbuhan terbesar di kawasan Asia pada bangunan non hunian yang naik 31%. Proyek sektor ini dimotori oleh Hongkong yang naik 122%. Diikuti Indonesia 105%, Vietnam 50% and Malaysia 

22%. Sementara untuk proyek hunian tumbuh 40% yang didominasi oleh Vietnam, Philipina dan Indonesia.

Pembangunan ritel juga cukup mendominasi konstruksi non hunian. Hingga 1 OKtober saja pertumbuhannya sudah mencapai 159% disbanding akhir tahun lalu. Beberapa proyek raksasa yang sedang dibangun diantaranya sembilan mal di kawasan St Moritz oleh Lippo Karawaci Tbk dengan luas mencapai 600 ribu meter persegi.”Di Surabaya sendiri ada Ciputra World dan pengembangan Pakuwon City. Bahkan di tahun depan pembangunan akan semakin gencar, apalagi bila krisis di AS teratasi,” katanya.(*)

Properti Surabaya Terus Menggeliat


Properti Surabaya Terus Menggeliat

Dalam lima tahun terakhir bisnis properti di Surabaya terus menggeliat. Ibu kota Provinsi Jawa Timur ini selain diserbu pengembang kelas menengah, juga tidak sedikit developer besar yang mengincar demand properti di kota metropolis ini.


Karena itu tidak heran jika hampir di semua sudut kota, selain terdapat mal-mal, bangunan superblok dan apartemen juga gedung perkantoran, sejumlah kawasan rumah mewah yang menyerupai kota baru dalam Kota Surabaya, sudah ada di kota ini.

Di kawasan Surabaya barat, misalnya, banyak pengembang yang sudah menyulap ribuan hektare lahan yang ada menjadi kota-kota kecil baru dan unik, seperti kompleks CitraRaya yang oleh pengembangnya, PT Ciputra Surya Tbk, dibuat bernuansa Singapura.

Karena banyak pengembang besar seperti Grup Ciputra, Grup Pakuwon, PT Dharmala, PT Adhibaladika Agung (yang direstrukturisasi menjadi PT Bukit Darmo Golf dan PT Bukit Darmo Property Tbk), PT Prambanan, Sinarmas Group (Villa Bukit Mas), Galaxy Group, dan Bakti Tamara, perkembangan properti di kawasan barat Surabaya itu terlihat lebih pesat.

Tidak ketinggalan di kawasan timur Surabaya, pengembang nampaknya juga ingin mengimbangi pertumbuhan kawasan barat. Terbukti, pengembang dari Grup Pakuwon, Araya, Grup Galaxi, dan Pantai Mentari, juga telah membangun ratusan hektare lahan menjadi kota-kota baru di dalam Surabaya.

Sutoto Yacobus, Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur, mengatakan Surabaya bersama dengan empat daerah lain seperti Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang, pertumbuhan propertinya cenderung naik.

"Tapi khusus untuk Surabaya, rupanya masih merupakan prestasi jika ada pengembang yang berhasil merealisasi proyeknya di kota ini. Karena itu tidak heran jika dalam lima tahun terakhir kota tumbuh relatif pesat," katanya kepada Bisnis kemarin.

Meski demikian, dia mengakui bahwa pertumbuhan properti cenderung meningkat pada wilayah tertentu seperti Surabaya barat, timur, dan juga selatan. Namun, untuk Surabaya utara atau tengah, karena keterbatasan lahan tersedia, maka cenderung tidak ada proyek-proyek baru yang signifikan, kecuali mal atau superblok.

Pertanyaannya, bagaimana dengan demand-nya? D. Agung Krisprimandoyo, Marketing Manager PT Ciputra Surya Tbk (Group Ciputra), mengatakan pasarnya tetap potensial.

Banyak faktor

Ada banyak faktor yang memengaruhi, yaitu terus membaiknya kondisi ekonomi Jawa Timur dan juga menurunnya suku bunga bank, setidaknya berdampak positif pada pasar properti, minimal mulai awal tahun ini.

Dia memberi contoh pada kurun waktu empat bulan terakhir, meski agak susah mengembalikan performance penjualan seperti tahun-tahun sebelumnya, pendapatan yang diraih sudah mencapai Rp70 miliar.

"Itu sebabnya jika semula kami agak ragu mampu merealisasi target omzet 2007 sebesar Rp250 miliar, melihat pasar properti terus menggeliat ini, kami menjadi sangat optimistis," katanya.

Dia juga menjelaskan bahwa pasar properti di Surabaya terus menggeliat, seiring dengan maraknya pertumbuhan bisnis sektor lainnya di provinsi ini.

Indikasi masih maraknya pasar properti di Jatim atau Surabaya dan khususnya lima kota potensial seperti tersebut diatas, bisa dilihat dari dari kredit properti yang disalurkan perbankan di Jatim hingga Maret 2007 mencapai Rp6,97 triliun, atau tumbuh 10% dibandingkan dengan posisi Maret tahun lalu.

Pernyataan Agung memang benar, meski Pemimpin Bank Indonesia (BI) Surabaya, Lucky Fathul Aziz, di Surabaya, belum lama ini menjelaskan pertumbuhan itu lebih lambat ketimbang pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 44,40%.

Dia juga merinci perlambatan pertumbuhan kredit terutama dialami kredit properti konsumsi (KPR), baik untuk tipe kecil maupun menengah, sedangkan kredit properti modal kerja dan investasi justru tumbuh signifikan.

Perlambatan pertumbuhan kredit properti juga diakui disebabkan oleh masih rendahnya daya beli masyarakat dan meningkatnya harga properti akibat mahalnya harga bangunan, tingginya upah tenaga kerja, serta mahalnya biaya perizinan.

Berdasarkan lokasi proyek, kredit properti di Jatim terbesar terdapat di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Malang. "Kredit properti di lima daerah itu memberikan kontribusi 78,51% dari total kredit properti Jatim pada Maret 2007," katanya.