Selasa, 27 Januari 2009

Properti Surabaya Terus Menggeliat


Properti Surabaya Terus Menggeliat

Dalam lima tahun terakhir bisnis properti di Surabaya terus menggeliat. Ibu kota Provinsi Jawa Timur ini selain diserbu pengembang kelas menengah, juga tidak sedikit developer besar yang mengincar demand properti di kota metropolis ini.


Karena itu tidak heran jika hampir di semua sudut kota, selain terdapat mal-mal, bangunan superblok dan apartemen juga gedung perkantoran, sejumlah kawasan rumah mewah yang menyerupai kota baru dalam Kota Surabaya, sudah ada di kota ini.

Di kawasan Surabaya barat, misalnya, banyak pengembang yang sudah menyulap ribuan hektare lahan yang ada menjadi kota-kota kecil baru dan unik, seperti kompleks CitraRaya yang oleh pengembangnya, PT Ciputra Surya Tbk, dibuat bernuansa Singapura.

Karena banyak pengembang besar seperti Grup Ciputra, Grup Pakuwon, PT Dharmala, PT Adhibaladika Agung (yang direstrukturisasi menjadi PT Bukit Darmo Golf dan PT Bukit Darmo Property Tbk), PT Prambanan, Sinarmas Group (Villa Bukit Mas), Galaxy Group, dan Bakti Tamara, perkembangan properti di kawasan barat Surabaya itu terlihat lebih pesat.

Tidak ketinggalan di kawasan timur Surabaya, pengembang nampaknya juga ingin mengimbangi pertumbuhan kawasan barat. Terbukti, pengembang dari Grup Pakuwon, Araya, Grup Galaxi, dan Pantai Mentari, juga telah membangun ratusan hektare lahan menjadi kota-kota baru di dalam Surabaya.

Sutoto Yacobus, Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur, mengatakan Surabaya bersama dengan empat daerah lain seperti Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang, pertumbuhan propertinya cenderung naik.

"Tapi khusus untuk Surabaya, rupanya masih merupakan prestasi jika ada pengembang yang berhasil merealisasi proyeknya di kota ini. Karena itu tidak heran jika dalam lima tahun terakhir kota tumbuh relatif pesat," katanya kepada Bisnis kemarin.

Meski demikian, dia mengakui bahwa pertumbuhan properti cenderung meningkat pada wilayah tertentu seperti Surabaya barat, timur, dan juga selatan. Namun, untuk Surabaya utara atau tengah, karena keterbatasan lahan tersedia, maka cenderung tidak ada proyek-proyek baru yang signifikan, kecuali mal atau superblok.

Pertanyaannya, bagaimana dengan demand-nya? D. Agung Krisprimandoyo, Marketing Manager PT Ciputra Surya Tbk (Group Ciputra), mengatakan pasarnya tetap potensial.

Banyak faktor

Ada banyak faktor yang memengaruhi, yaitu terus membaiknya kondisi ekonomi Jawa Timur dan juga menurunnya suku bunga bank, setidaknya berdampak positif pada pasar properti, minimal mulai awal tahun ini.

Dia memberi contoh pada kurun waktu empat bulan terakhir, meski agak susah mengembalikan performance penjualan seperti tahun-tahun sebelumnya, pendapatan yang diraih sudah mencapai Rp70 miliar.

"Itu sebabnya jika semula kami agak ragu mampu merealisasi target omzet 2007 sebesar Rp250 miliar, melihat pasar properti terus menggeliat ini, kami menjadi sangat optimistis," katanya.

Dia juga menjelaskan bahwa pasar properti di Surabaya terus menggeliat, seiring dengan maraknya pertumbuhan bisnis sektor lainnya di provinsi ini.

Indikasi masih maraknya pasar properti di Jatim atau Surabaya dan khususnya lima kota potensial seperti tersebut diatas, bisa dilihat dari dari kredit properti yang disalurkan perbankan di Jatim hingga Maret 2007 mencapai Rp6,97 triliun, atau tumbuh 10% dibandingkan dengan posisi Maret tahun lalu.

Pernyataan Agung memang benar, meski Pemimpin Bank Indonesia (BI) Surabaya, Lucky Fathul Aziz, di Surabaya, belum lama ini menjelaskan pertumbuhan itu lebih lambat ketimbang pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 44,40%.

Dia juga merinci perlambatan pertumbuhan kredit terutama dialami kredit properti konsumsi (KPR), baik untuk tipe kecil maupun menengah, sedangkan kredit properti modal kerja dan investasi justru tumbuh signifikan.

Perlambatan pertumbuhan kredit properti juga diakui disebabkan oleh masih rendahnya daya beli masyarakat dan meningkatnya harga properti akibat mahalnya harga bangunan, tingginya upah tenaga kerja, serta mahalnya biaya perizinan.

Berdasarkan lokasi proyek, kredit properti di Jatim terbesar terdapat di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Malang. "Kredit properti di lima daerah itu memberikan kontribusi 78,51% dari total kredit properti Jatim pada Maret 2007," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar